TPM dalam Logistik dan Rantai Pasok

TPM dalam Logistik dan Rantai Pasok, TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE dalam dunia Logistik dan Supply Chain Management, jarang sekali dibahas. Dan tulisan ini sengaja kami hadirkan untuk Anda!
Total Productive Maintenance (TPM) adalah strategi pemeliharaan yang bertujuan meningkatkan integritas produksi dan kualitas sistem melalui pemanfaatan mesin, peralatan, dan keterlibatan karyawan. Meskipun awalnya banyak industri Indonesia enggan menerapkannya, banyak pabrik global telah merasakan manfaat signifikan dari TPM, seperti peningkatan efisiensi, pengurangan biaya kerusakan, dan peningkatan profitabilitas. Dengan fokus pada pemeliharaan preventif dan proaktif, serta melibatkan seluruh departemen dalam upaya pemeliharaan, TPM menjanjikan produksi yang lebih sempurna dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas dan mengurangi waktu henti.

TPM dalam Supply Chain Management

Total Productive Maintenance (TPM) merupakan sebuah pendekatan inovatif dalam industri yang menekankan pentingnya pemeliharaan komprehensif. Bukan hanya sekedar memelihara mesin dan peralatan, TPM melibatkan seluruh elemen dalam suatu organisasi, mulai dari mesin, peralatan, hingga sumber daya manusia, demi menciptakan suatu lingkungan kerja yang optimal. Proses ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap komponen bekerja pada kapasitas maksimalnya, sehingga dapat meminimalkan hambatan dan gangguan dalam produksi serta meningkatkan kualitas output.

Dalam konteks rantai pasok atau supply chain, khususnya di sektor logistik, TPM memainkan peran yang sangat krusial. Rantai pasokan yang efisien memerlukan aliran barang dan informasi yang lancar. TPM memastikan bahwa semua peralatan yang mendukung proses ini, seperti truk pengangkut, mesin pengemasan, hingga sistem informasi, berfungsi dengan baik dan efisien. Dengan demikian, berbagai potensi masalah seperti keterlambatan pengiriman, kerusakan barang, atau kesalahan informasi dapat diminimalkan. Selain itu, dengan mengurangi risiko kerusakan mesin atau peralatan, biaya operasional pun dapat ditekan.

Namun, penting untuk diingat bahwa implementasi TPM bukanlah sebuah proses yang instan. Ini memerlukan komitmen dari semua pihak dalam organisasi, pelatihan yang tepat, serta ketersediaan sumber daya. Namun, dengan dedikasi dan upaya yang konsisten, manfaat dari penerapan TPM, seperti operasional yang lebih hemat biaya, peningkatan kualitas layanan, dan kepuasan pelanggan, akan sangat terasa, terutama dalam industri logistik yang dinamis dan penuh tantangan.

Baca lainnya ?  Order Cycle Time Reduction pada Rantai Pasok

Studi Kasus Total Productive Maintenance

Dulu, industri Amerika enggan menerapkan TPM dalam proses kerja mereka. Sebuah survei oleh Manufacturing Research Center menunjukkan hanya 27 persen responden mengatakan bahwa TPM adalah inisiatif bisnis saat ini. Namun, hanya 6 persen dari mereka yang benar-benar menerapkannya sepenuhnya. Selain itu, hanya 5 persen responden yang menjadikan TPM sebagai pendekatan utama mereka dalam pemeliharaan dan keandalan.

Namun, banyak pabrik di seluruh dunia mendapatkan manfaat besar dengan menjadikan TPM sebagai fokus utama upaya pemeliharaan mereka. Sebuah studi yang diterbitkan dalam International Journal of Innovative Science, Engineering & Technology menunjukkan bahwa, di sebuah perusahaan polimer skala kecil, nilai OEE sebelum penerapan TPM adalah 75 persen. Namun, setelah program TPM diterapkan, OEE meningkat menjadi 85 persen, dan tingkat kualitas yang lebih baik dicapai. Studi tersebut juga menunjukkan peningkatan profitabilitas sebesar 12 persen, dengan biaya kerusakan dan pemeliharaan menurun drastis, sementara efisiensi tenaga kerja meningkat.

Total Productive Maintenance (TPM) adalah strategi yang dirancang untuk memaksimalkan produktivitas melalui perawatan terpadu, melibatkan seluruh aspek organisasi dalam proses pemeliharaan. Meski tampak menguntungkan, industri di Amerika sempat enggan mengadopsinya. Dari survei oleh Manufacturing Research Center, ternyata hanya sebagian kecil industri yang memandang TPM sebagai inisiatif bisnis krusial. Faktanya, angka-angka tersebut menggambarkan ketidakpastian dan kurangnya pemahaman penuh tentang potensi manfaat dari TPM.

Namun, seiring berjalannya waktu, keberhasilan penerapan TPM di berbagai negara lain mulai menarik perhatian. Banyak pabrik global telah membuktikan bahwa dengan fokus pada TPM, efisiensi produksi dapat ditingkatkan secara signifikan. Salah satu contoh nyata datang dari industri polimer skala kecil. Sebelum TPM diterapkan, efisiensi operasional mereka, yang diukur dengan OEE (Overall Equipment Effectiveness), hanya mencapai 75 persen. Angka ini sebenarnya sudah cukup baik, namun setelah menerapkan TPM, ada lonjakan signifikan menjadi 85 persen.

Baca lainnya ?  Optimalkan Racking, FIFO, dan Inventory ABC dalam WMS

Peningkatan tersebut tidak hanya berdampak pada efisiensi mesin, namun juga memberikan efek positif pada kualitas produk yang dihasilkan. Keuntungan lainnya adalah peningkatan profitabilitas sebesar 12 persen, sebuah angka yang sangat signifikan di dunia industri. Ini menjadi bukti bahwa, dengan perawatan mesin yang baik dan keterlibatan semua pihak dalam proses produksi, biaya-biaya tak terduga dapat ditekan, sementara produktivitas pekerja meningkat.

Dengan bukti nyata seperti ini, tidak heran jika Total Productive Maintenance mulai mendapatkan tempatnya dalam strategi operasional industri di berbagai belahan dunia. Adopsi konsep ini menunjukkan bahwa perubahan positif bisa dicapai ketika industri bersedia belajar, beradaptasi, dan menerapkan praktek terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Mengenal Lebih Dekat Total Productive Maintenance (TPM)

Menurut Aberdeen Research, rata-rata biaya henti kerja per jam untuk semua bisnis adalah $260,000, dan angka ini tampaknya terus meningkat dari data 2014 sebesar $164,000. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat hampir semua produksi industri dan manufaktur dilakukan dengan mesin, yang sangat bergantung pada operasi mesin tersebut.

Lantas, bagaimana solusinya? Total Productive Maintenance (TPM) adalah proses yang melibatkan mesin, peralatan, karyawan, dan proses pendukung untuk memelihara dan meningkatkan integritas produksi serta kualitas sistem. Dengan kata lain, TPM adalah proses yang mengajak karyawan terlibat langsung dalam pemeliharaan peralatan mereka, dengan menekankan pada teknik pemeliharaan yang proaktif dan preventif. TPM berupaya untuk produksi yang sempurna, yaitu:

  • Tidak ada kerusakan
  • Tidak ada henti atau lambat
  • Tidak ada cacat
  • Tidak ada kecelakaan

Karena tujuan utama TPM adalah meningkatkan produktivitas dengan mengurangi waktu henti, penerapan program TPM dapat sangat mempengaruhi efektivitas peralatan keseluruhan (OEE) dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu, pemeliharaan preventif harus selalu menjadi prioritas. Sebagai contoh, menjalankan mesin dengan pola pikir “kita akan memperbaikinya saat rusak” bukanlah pilihan dengan TPM. Sebuah program TPM membantu mengubah pola pikir tersebut menjadi satu fokus pada mesin dan memaksimalkan ketersediaannya.

Baca lainnya ?  7 Basic Quality Tools for Quality Improvement

OEE dalam Dunia Logistic dan Distribusi

OEE, yang merupakan singkatan dari Overall Equipment Effectiveness, adalah ukuran penting dalam dunia Supply Chain Management, khususnya di sektor logistik dan distribusi. Di dalam industri ini, ketepatan waktu, kualitas, dan efisiensi sangat krusial. Dengan memaksimalkan OEE, perusahaan dapat memastikan bahwa seluruh alat dan mesin berfungsi dengan optimal, sehingga mengurangi potensi hambatan dalam rantai pasok. Sebagai contoh, dalam industri distribusi, kendaraan yang sering mengalami masalah dapat mengganggu ketepatan waktu pengiriman, dan hal ini tentu saja akan berdampak pada kepuasan pelanggan.

Menerapkan Total Productive Maintenance (TPM) menjadi salah satu pendekatan yang efektif untuk meningkatkan OEE di sektor ini. Dengan melibatkan seluruh aspek organisasi, mulai dari tim pemeliharaan hingga operator di lapangan, setiap individu menjadi bertanggung jawab atas kinerja mesin atau peralatan yang mereka gunakan. Pelatihan karyawan menjadi aspek krusial di sini. Dengan pemahaman yang baik mengenai mesin yang mereka operasikan, karyawan dapat mendeteksi masalah sejak dini, sebelum berkembang menjadi kerusakan yang lebih besar. Selain itu, dengan standarisasi proses kerja dan penekanan pada keamanan, risiko kecelakaan dan kesalahan operasional dapat diminimalkan.

Namun, penerapan TPM bukan tanpa tantangan. Perubahan budaya organisasi sering kali menjadi hambatan utama. Namun, dengan komitmen dari manajemen puncak dan pendekatan yang sistematis, serta pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan, perusahaan dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip TPM ke dalam operasional sehari-hari. Dengan demikian, bukan hanya OEE yang akan meningkat, tapi juga kualitas layanan, efisiensi, dan tentunya kepuasan pelanggan.


Dapatkan bimbingan ahli untuk menerapkan LEAN SUPPLY CHAINS dalam bisnismu dengan PT Mitra Prima Produktivitas dan Coach Wawang yang didukung oleh pembicara dan konsultan senior berlisensi internasional. Ayo, bergabung sekarang!


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Kontak Coach Wang